Posted by : Unknown
Rabu, 19 Februari 2014
SISTEM SARAF PADA MANUSIA
Sistem saraf adalah sistem koordinasi
(pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan saraf pusat,
pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi tanggapan rangsangan. Unit
terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Sistem
saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan
makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang
terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi
rangsangan.
Sistem saraf termasuk
sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer (sistem saraf tepi). Sistem saraf
pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf perifer
terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk rangsangan
atau stimulus; memproses informasi yang diterima; serta memberi tanggapan
(respon) terhadap rangsangan.
1. Struktur
Saraf
Sistem saraf pada manusia terdiri dari sel
saraf yang biasa disebut dengan neuron dan sel gilial. Neuron berfungsi sebagai
alat untuk menghantarkan impuls (rangsangan) dari panca indra menuju otak dan
kemudian hasil tanggapan dari otak akan dikirim menuju otot. Sedangkan sel
gilial berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada neuron.
1.1. Sel Saraf (Neuron)
Unit terkecil penyusun sistem saraf
adalah sel saraf atau bisa juga disebut neuron. Sel saraf adalah sebuah sel
yang berfungsi untuk menghantarkan impuls (rangsangan). Setiap satu sel saraf
(neuron) terdiri atas tiga bagian utama yang berupa badan sel saraf, dendrit,
dan akson. Berikut adalah gambar dan bagian-bagian struktur sel saraf (neuron)
beserta penjelasannya:
1.
Dendrit adalah
serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari
badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke
badan sel.
2.
Badan
Sel
adalah bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk
menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Badan sel saraf
mengandung inti sel dan sitoplasma.
3.
Nukleus adalah
inti sel saraf yang berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel saraf (neuron).
4.
Neurit
(Akson)
adalah tonjolan sitoplasma yang panjang (lebih panjang daripada dendrit),
berfungsi untuk menjalarkan impuls saraf meninggalkan badan sel saraf ke neuron
atau jaringan lainnya. Jumlah akson biasanya hanya satu pada setiap neuron.
5.
Selubung
Mielin
adalah sebuah selaput yang banyak mengandung lemak yang berfungsi untuk
melindungi akson dari kerusakan. Selubung mielin bersegmen-segmen. Lekukan di
antara dua segmen disebut nodus ranvier.
6.
Sel
Schwann
adalah jaringan yang membantu menyediakan makanan untuk neurit (akson) dan
membantu regenerasi neurit (akson).
7.
Nodus
ranvier
berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf. Adanya nodus ranvier
tersebut memungkinkan saraf meloncat dari satu nodus ke nodus yang lain,
sehingga impuls lebih cepat sampai pada tujuan.
8.
Sinapsis adalah
pertemuan antara ujung neurit (akson) di sel saraf satu dan ujung dendrit di
sel saraf lainnya. Pada setiap sinapsis terdapat celah sinapsis. Pada bagian
ujung akson terdapat kantong yang disebut bulbus akson. Kantong tersebut berisi
zat kimia yang disebut neurotransmiter. Neurotransmiter dapat berupa
asetilkolin dan kolinesterase yang berfungsi dalam penyampaian impuls saraf
pada sinapsis.
Sel-sel
saraf (neuron) bergabung membentuk jaringan saraf. Ujung dendrit dan ujung
akson lah yang menghubungkan sel saraf satu dan sel saraf lainnya. Menurut
fungsinya, ada tiga jenis sel saraf yaitu:
1.
Sel
saraf sensorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi menerima
rangsang yang datang kepada tubuh atau panca indra, dirubah menjadi impuls
(rangsangan) saraf, dan meneruskannya ke otak. Badan sel saraf ini bergerombol
membentuk ganglia, akson pendek, dan dendritnya panjang.
2.
Sel
saraf motorik adalah sel saraf yang mempunyai fungsi untuk
membawa impuls saraf dari pusat saraf (otak) dan sumsum tulang belakang menuju
otot. Sel saraf ini mempunyai dendrit yang pendek dan akson yang panjang.
3.
Sel
saraf penghubung adalah sel saraf yang banyak terdapat
di dalam otak dan sumsum tulang belakang. Neuron (sel saraf) tersebut berfungsi
untuk menghubungkan atau meneruskan impuls (rangsangan) dari sel saraf sensorik
ke sel saraf motorik.
1.2. Sel Glial
Sel Glial berfungsi diantaranya untuk
memberi nutrisi pada sel saraf. Macam-macam neuroglia diantaranya adalah
astrosit, oligodendrosit, mikroglia, dan makroglia.
2.
Sistem Saraf Pusat
Pusat saraf berfungsi memegang kendali
dan pengaturan terhadap kerja jaringan saraf hingga ke sel saraf. Sistem saraf
pusat terdiri atas otak besar, otak kecil, sumsum lanjutan (medula oblongata),
dan sumsum tulang belakang (medula spinalis). Otak terletak di dalam tulang
tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang terletak di dalam ruas-ruas tulang
belakang.
Tiga materi esensial yang ada pada
bagian sumsum tulang belakang serta otak antara lain, yaitu:
1.
Substansi grissea atau bagian materi
kelabu yang terbentuk dari badan sel.
2.
Substansi alba atau bagian materi putih
yang terbentuk dari serabut saraf.
3.
Jaringan ikat atau sel-sel neuroglia
yang ada di dalam system saraf pusat tepatnya di antara sel-sel saraf yang ada.
Selain
itu, pada sistem saraf pusat terdapat juga Jembatan varol yang
tersusun atas serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan
kanan, juga menghubungkan otak besar dengan sumsum tulang belakang. Jembatan
varol berfungsi menghantarkan rangsang dari kedua bagian serebelum.
2.1. Otak Besar
Otak besar wujudnya kenyal, lunak, ada
banyak lipatan, serta berminyak. Otak besar dikelilingi oleh cairan
serebrospinal yang berfungsi memberi makan otak dan melindungi otak dari
guncangan. Di dalam otak besar terdapat banyak pembuluh darah yang berfungsi
memasok oksigen ke otak besar.
Bila otak besar pada laki-laki beratnya
kira-kira 1,6 kg sedangkan bagi perempuan berat otak besar yang di miliki
kira-kira adalah 1,45 kg. Jadi otak laki-laki yang lebih berat dikarenakan
ukurannya yang juga lebih besar di bandingkan dengan otak wanita. Namun
kecerdasan yang dimiliki masing-masing orang baik laki-laki maupun perempuan
tidak tergantung dengan berat otak yang mereka miliki. Tapi yang mengukur dan
menentukn tingkat kecerdasan yang ada pada otak yaitu yang jumlah hubungan
antar saraf satu dengan lainnya itu dalam jumlah banyak.
2.2. Otak Kecil
Otak Kecil terletak di bagian belakang
kepala dan dekat leher. Fungsi utama otak kecil adalah sebagai pusat koordinasi
gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Jika
terjadi rangsangan yang membahayakan, gerakan sadar yang normal tidak mungkin
dilaksanakan. Otak kecil merupakan pusat keseimbangan. Apabila terjadi gangguan
(kerusakan) pada otak kecil maka semua gerakan otot tidak dapat
dikoordinasikan.
2.3. Sumsum Lanjutan
Sumsum lanjutan (sumsum sambung) atau
medula oblongata terletak di persambungan antara otak dengan tulang belakang.
Fungsi sumsum lanjutan adalah untuk mengatur suhu tubuh, kendali muntah,
pengatur beberapa gerak refleks (seperti batuk, bersin, dan berkedip), dan
pusat pernapasan. Selain itu, sumsum lanjutan berperan untuk mengantarkan
impuls yang datang menuju otak. Sumsum sambung pun mempengaruhi refleks
fisiologi, seperti jantung, tekanan darah, volume, respirasi, pencernaan, dan
sekresi kelenjar pencernaan.
2.4. Sumsum Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang atau medula
spinalis berada di dalam tulang belakang. Sumsum tulang belakang terbagi
menjadi dua lapisan, yaitu lapisan luar yang berwarna putih dan lapisan dalam
yang berwarna kelabu. Sumsum tulang belakang dilindungi oleh tulang belakang
atau tulang punggung yang keras. Tulang punggung terdiri dari 33 ruas. Fungsi
utamanya adalah sebagai pusat gerak refleks.
Di dalam sumsum tulang belakang,
terdapat saraf sensorik, motorik, dan saraf penghubung. Fungsi saraf-saraf
tersebut adalah sebagai pengantar impuls dari otak dan ke otak.
Sumsum tulang belakang memiliki fungsi
penting dalam tubuh. Fungsi tersebut antara lain menghubungkan impuls dari
saraf sensorik ke otak dan sebaliknya, menghubungkan impuls dari otak ke saraf
motorik; memungkinkan menjadi jalur terpendek pada gerak refleks.
Skema gerak biasa adalah: impuls
(rangsangan) > saraf sensorik > otak > saraf motorik > otot >
gerakan
Skema gerak refleks adalah: impuls
(rangsangan) > saraf sensorik > sumsum tulang belakang > saraf motorik
> otot > gerak refleks
4. Penyakit Pada Sistem
Saraf
Penyakit dan kelainan sistem saraf
adalah penyakit atau kelainan yang mempengaruhi fungsi sistem saraf pada
manusia. Penyakit dan kelainan dapat terjadi dan menyerang pusat saraf, yaitu
otak dan sumsum tulang belakang, atau sel-sel saraf pada jaringan saraf. Karena
otak adalah pusat kendali dari semua aktivitas sadar kita – berpikir,
berkemauan, mengingat, dan sebagainya – maka penyakit dan kelainan pada otak
dapat menyebabkan perubahan dan gangguan yang dirasakan seluruh tubuh.
Penyakit dan kelainan otak dapat
menyebabkan kekacauan pikir dan emosi, gangguan fungsi organ tubuh, kelainan psikologis,
dan sebagainya. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang khususnya menyerang
otak. Baik batang otak maupun kulit otak dan otak kecil.
5.1. Encephalitis
Encephalitis (Yunani: encekphalos
(otak) dan itis (peradangan)) adalah peradangan otak. Peradangan otak
ini dapat melibatkan pula struktur terkait lainnya. encephalomyelitis
adalah peradangan otak dan sumsum tulang belakang, dan meningoencephalitis
adalah peradangan otak dan “meninges” (membran yang menutupi otak). Penyebab
encephalitis paling sering adalah karena infeksi mikroorganisme atau zat-zat
kimia seperti timbal, arsen, merkuri (air raksa), dll.
5.2. Stroke
Kelayuan tiba-tiba otak akibat dari
berkurangnya secara drastis aliran darah ke suatu bagian otak atau akibat
pendarahan dalam otak. Keadaan ini berdampak antara lain kelumpuhan sementara
atau menetap pada satu atau kedua sisi tubuh, kesulitan berkata-kata atau
makan, dan lenyapnya koordinasi otot. Merokok, kolestrol tinggi, diabetes,
penuaan, dan kelainan turunan adalah faktor utama penyebab stroke.
5.3. Alzheimer
Penyakit alzheimer ditandai oleh
kerusakan sel saraf dan sambungan saraf di kulit otak dan kehilangan massa otak
yang cukup besar. Gejala khas pertama yang muncul adalah pikun. Ketika makin
buruk, kehilangan ingatan si penderita juga makin parah. Keterampilan bahasa,
olah pikir, dan gerak turun drastis. Emosi jiwa dan suasana hati jadi labil.
Penderita cenderung rentan dan lebih peka terhadap stres. Mudah
terombang-ambing antara marah, cemas, atau tertekan. Pada tahap lebih lanjut,
penderita kehilangan responsibilitas dan mobilitas serta kontrol terhadap
fungsi tubuh.
5.4. Gegar Otak
Kehilangan sementara fungsi otak yang
disebabkan oleh luka relatif ringan pada otak dan tak selalu berkaitan dengan
ketidaksadaran. Orang yang kena gegar otak mungkin tak ingat apa yang terjadi
sesaat sebelum atau setelah luka. Gejala gegar otak antara lain cadel
berbicara, kebingunan berat, koordinasi otot terganggu, sakit kepala, pusing,
dan mual.
5.5. Epilepsi
Epilepsi adalah kelainan kronik yang
dicirikan oleh serangan mendadak dan berulang-ulang yang disebabkan oleh impils
berlebihan sel-sel saraf dalam otak. Serangan dapat berupa sawan, hilang
kesadaran beberapa saat, gerak atau sensasi aneh bagian tubuh, tingkah laku
aneh, dan gangguan emosional. Serangan epilepsi umumnya berlangsung hanya 1-2
menit. Kemudian diikuti oleh kelemahan, kebingungan, atau kekurangtanggapan.
5.6. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan tidur
yang ditandai dengan serangan tidur tiba-tiba dan tak terkendali di siang hari,
dengan gangguan tidur di malam hari. Penderita bisa mendadak tertidur di mana
saja dan kapan saja bahkan saat berdiri atau berjalan. Tidur berlangsung
beberapa detik atau menit dan bahkan lebih dari sejam.
5.7. Afasia
Afasia adalah kerusakan dalam
pengungkapan dan kepahaman bahasa yang disebabkan oleh kerusakan lobus frontal
dan temporal otak. Afasia bisa disebabkan oleh luka kepala, tumor, stroke, atau
infeksi.
5.8. Dementia
Kemunduran kapasitas intelektual – yang
kronis dan biasanya kian memburuk – yang berkaitan dengan kehilangan sel saraf
secara meluas dan penyusutan jaringan otak. Dementia paling biasa terjadi di
kalangan lansia meskipun dementia ini dapat menyerang segala usia. Kondisi
dementia dimulai dengan hilangnya ingatan, yang mula-mula tampak sebagai
ketidakingatan atau kelupaan sederhana. Ketika memburuk, lingkup kehilangan
ingatan meluas hingga penderita tak lagi ingat akan keterampilan, sosial, dan
hidup yang paling dasar sekalipun.
SUMBER : http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/04/sistem-saraf-pada-manusia.html